LOKASI :
Beralamat di Desa Sidoharjo,
Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.
AKSES / RUTE :
Jika memakai sepeda motor atau
mobil dari Jogja ke Pantai Sundak :
Lewat jalur selatan bisa dapat ditempuh 1 jam 55 menit
Lewat jalur kota wonosari dapat ditempuh 2 jam 20 menit.
KEISTIMEWAAN :
Pantai Sundak tak hanya memiliki pemandangan alam yang
mengasyikkan, tetapi juga menyimpan cerita. Nama Sundak ternyata mengalami
evolusi yang bukti-buktinya bisa dilacak secara geologis.
Agar tahu bagaimana evolusinya, maka pengunjung mesti tahu
dulu kondisi pinggiran Pantai Sundak dulu dan kini. Di bagian pinggir barat pantai
ketika YogYES berkunjung terdapat masjid dan ruang kosong yang sekarang
dimanfaatkan sebagai tempat parkir. Sementara di sebelah timur terdapat gua
yang terbentuk dari batu karang berketinggian kurang lebih 12 meter. Memasuki
gua, akan dijumpai sumur alami tempat penduduk mendapatkan air tawar.
Wilayah yang diuraikan di atas sebelum tahun 1930 masih
terendam lautan. Konon, air sampai ke wilayah yang kini dibangun masjid, batu
karang yang membentuk gua pun masih terendam air. Seiring proses geologi di
pantai selatan, permukaan laut menyusut dan air lebih menjorok ke laut. Batu
karang dan wilayah di dekat masjid akhirnya menjadi daratan baru yang kemudian
dimanfaatkan penduduk pantai untuk aktivitas ekonominya hingga saat ini.
Ada fenomena alam unik akibat aktivitas tersebut yang
akhirnya menjadi titik tolak penamaan pantai ini. Jika musim hujan tiba, banyak
air dari daratan yang mengalir menuju lautan. Akibatnya, dataran di sebelah
timur pantai membelah sehingga membentuk bentukan seperti sungai. Air yang
mengalir seperti mbedah (membelah) pasir. Bila kemarau datang, belahan itu
menghilang dan seiring dengannya air laut datang membawa pasir. Fenomena alam
inilah yang menyebabkan nama pantai menjadi Wedibedah (pasir yang terbelah).
Saat YogYES datang wedi tengah tidak terbelah.
Perubahan nama berlangsung beberapa puluh tahun kemudian.
Sekitar tahun 1976, ada sebuah kejadian menarik. Suatu siang, seekor anjing
sedang berlarian di daerah pantai dan memasuki gua karang bertemu dengan seekor
landak laut. Karena lapar, si anjing bermaksud memakan landak laut itu tetapi
si landak menghindar. Terjadilah sebuah perkelahian yang akhirnya dimenangkan
si anjing dengan berhasil memakan setengah tubuh landak laut dan keluar gua
dengan rasa bangga. Perbuatan si anjing diketahui pemiliknya, bernama
Arjasangku, yang melihat setengah tubuh landak laut di mulut anjing. Mengecek
ke dalam gua, ternyata pemilik menemukan setengah tubuh landak laut yang
tersisa. Nah, sejak itu, nama Wedibedah berubah menjadi Sundak, singkatan dari
asu (anjing) dan landak.
Tak dinyana, perkelahian itu membawa berkah bagi penduduk
setempat. Setelah selama puluhan tahun kekurangan air, akhirnya penduduk
menemukan mata air. Awalnya, si pemilik anjing heran karena anjingnya keluar
gua dengan basah kuyup. Hipotesanya, di gua tersebut terdapat air dan anjingnya
sempat tercebur ketika mengejar landak. Setelah mencoba menyelidiki dengan
beberapa warga, ternyata perkiraan tersebut benar. Jadilah kini, air dalam gua
dimanfaatkan untuk keperluan hidup penduduk. Dari dalam gua, kini dipasang pipa
untuk menghubungkan dengan penduduk. Temuan mata air ini mengobati kekecewaan
penduduk karena sumur yang dibangun sebelumnya tergenang air laut.
Nah, bila kondisi tahun 1930 saja seperti yang dikatakan di
atas, dapat diperkirakan kondisi ratusan tahun sebelumnya. Tentu sangat banyak
organisme laut yang memanfaatkan bagian bawah karang yang kini menjadi gua dan
wilayah yang kini menjadi daratan. Karenanya, banyak arkeolog percaya bahwa
sebagai konsekuensi dari proses geologis yang ada, banyak organisme laut yang
tertinggal dan kini tertimbun menjadi fosil. Soal fosil apa yang ditemukan,
memang hingga kini belum banyak penelitian yang mengungkapkan.
Selain menawarkan saksi bisu sejarahnya, Sundak juga
menawarkan suasana malam yang menyenangkan. Anda bisa menikmati angin malam dan
bulan sambil memesan ikan mentah untuk dibakar beramai-ramai bersama teman.
Dengan membayar beberapa ribu, Anda dapat membeli kayu untuk bahan bakar. Kalau
malas, pesan saja yang matang sehingga siap santap. Yang jelas, tak perlu
bingung mencari tempat menginap. Pengunjung bisa tidur di mana saja, mendirikan
tenda, atau tidur saja di bangku warung yang kalau malam tak terpakai.
Kegelapan tak perlu diributkan, bukankah membosankan jika hidup terus terang
benderang?
Kalau mau, berinteraksi dengan penduduk bisa menjadi suatu
pencerahan. Anda bisa mengetahui bagaimana penduduk hidup, kebudayaan mereka,
dan tentu saja orang baru yang mungkin saja mampu mengubah pandangan hidup
anda. Menemui Mbah Tugiman yang biasa berjaga di tempat parkir atau Mbah
Arjasangku bisa jadi pilihan. Mereka merupakan salah satu sesepuh di pantai
Sundak. Bercakap dengan mereka membuat anda tidak sekedar menyaksikan bukti
sejarah tetapi juga mendapat cerita dari orang yang menyaksikan bagaimana sejarah
terukir. Datanglah, semua yang di sana sudah menunggu!
FASILITAS :
- Anda bisa bermain-main dan mencari ikan hias di seputaran batuan karang yang terdapat ditepian pantai.
- Terdapat tempat beribadah yaitu Mushola.
- Terdapat kamar mandi bagi yang habis bermain dipantai dengan tarif Rp.2.000,
- Banyaknya rumah makan yang menyediakan berbagai macam makanan terutama masakan ikan laut dengan tarif yang relatif murah sepanjang pantai selatan.
- Tempat parkir dengan tarif :
- Motor : Rp. 2.000,-
- Mobil : Rp. 5.000,-
- Bus : Rp. 10.000 – 20.000
No comments:
Post a Comment